CORE Indonesia Nilai Hal ini Penyebab Tingginya Impor Bahan Baku di Indonesia - 24 Ags 2018 Customsjakarta.com, Jakarta - Sektor infrastruktur dan manufaktur semakin bergantung pada bahan baku dari luar negeri. Ketergantungan impor dua sektor ini alami peningkatan pada Juli lalu. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, komponen seperti baja dan besi menjadi komoditas impor yang utama untuk pembangunan. Menurut Faisal, ketergantungan
dua sektor ini sudah tinggi sejak tahun lalu. Hanya saja, kata dia, pada tahun lalu
ekspor tumbuh lebih cepat. Sementara itu, pada tahun ini, pertumbuhan impor
lebih cepat di saat manufaktur terus melambat. "Ketergantungan impor dari tahun
ke tahun memang tinggi. Tapi tahun ini pertumbuhan impornya lebih tinggi
dibandingkan ekspor," tuturnya. Selain itu, perusahaan industri
manufaktur besar di dalam negeri merupakan hasil investasi asing. Kondisi ini
kerap kali diikuti dengan kebutuhan akan bahan baku yang tidak diserap dari
produksi dalan negeri, melainkan negara lain. "Kesalahannya, investasi yang masuk itu tidak
sering diarahkan untuk menyerap produksi dalam negeri. Alasannya banyak, misal
tidak sesuai spesifikasi produksi kita dengan standar internasional," ujar
Faisal. Padahal, menurut Faisal,
permasalahan tersebut dapat diarahkan dengan kebijakan-kebijakan. Misal,
investasi yang masuk harus diarahkan secara berangsur-angsur untuk melatih sumber
daya manusia (SDM) setempat. Tujuannya, agar sumber daya alam lokal dapat
dimanfaatkan untuk diolah dan dijadikan sebagai input. Badan Pusat Statistik (BPS)
merilis bahwa nilai impor pada Juli lebih besar dibanding Juni hingga 62,17
persen, yakni dari 11,26 miliar dolar AS menjadi 18,27 miliar dolar AS. Apabila
dibanding Juli tahun lalu juga terjadi peningkatan 31,56 persen dari 13,88
miliar dolar AS. Menurut golongan penggunaan barang
ekonomi, diketahui bahwa selama Juli 2018, golongan bahan baku/penolong
memberikan peranan terbesar yaitu 74,84 persen dengan nilai 13,67 dolar AS. Ini diikuti oleh impor barang
modal 15,75 persen (2,8 miliar dolar AS) dan barang konsumsi 9,41 persen (1,7
miliar dolar AS). |