20 Apr 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Prospek Bisnis Logistik 2020, Ini Kata Pebisnis & Pemerhati - 04 Des 2019

Perkembangan sektor logistik di dunia termasuk Indonesia tidak terlepas dari pengaruh faktor internal maupun ekternalnya.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi mengungkapkan, bisnis logistik tahun depan diproyeksikan tidak lebih baik dari tahun ini lantaran kondisi ekonomi global dan juga perang dagang USA dengan Cina yang masih berlangsung.

Pasalnya, pertumbuhan logistik RI pada 2020 itu dinilainya akan sangat berhubungan erat dengan pertumbuhan GDP nasional dengan merujuk pada anggaran dan pendapatan belanja negara (APBN) hingga kuartal ketiga tahun ini sebesar 5, 02 ℅ dan kalau melihat asumsi APBN Indonesia dikisaran 5,2 ℅.

"Dengan melihat angka-angka itu, asumsinya pertumbuhan sektor logistik pada 2020 berada di kisaran 9℅ sampai dengan 10, 4 %," ujar Yukki.

Yukki berasumsi, aktivitas bisnis logistik nasional pada moda angkutan laut akan mengalami penurunan sedangkan angkutan udara akan mengalami kenaikkan pada tahun depan.

Sementara itu, Setijadi, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi pada tahun 2020, subsektor transportasi Indonesia akan tumbuh sebesar 8,97% menjadi Rp 806,8 triliun dan subsektor pergudangan tumbuh sebesar 9.8% menjadi Rp 161,9 triliun.

Setijadi mengatakan, pergerakan logistik di Indonesia juga dipengaruhi besarnya jumlah penduduk Indonesia yang kini mencapau sekitar 267 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sekitar 5,3%.

Selain itu, faktor-faktor mendasar juga sangat mendukung, yaitu wilayah yang luas sekitar 1,9 juta km2 dan bentuk negara kepulauan dengan 17.504 pulau. Faktor lainnya adalah keragaman komoditas dan budaya.

Sebagaimana diketahui, kontribusi lapangan usaha sektor logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencakup sektor transportasi dan pergudangan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan kedua tahun 2019 adalah sebesar Rp 220,6 triliun (harga berlaku) atau 5,57% dari PDB yang bernilai Rp 3.963,5 triliun atas dasar harga berlaku triwulan II 2019.

Berdasarkan analisis Supply Chain Indonesia (SCI), sektor logistik pada tahun 2019 diprediksi tumbuh sebesar 11,56% menjadi Rp 889,4 triliun dan pada tahun 2020 tumbuh sebesar 9,18% dengan nilai Rp 971 triliun.

Setijadi juga mengingatkan bahwa pertumbuhan sektor logistik salah satunya dipengaruhi oleh perkembangan e-commerce. Pengaruh signifikannya dapat dilihat dari pertumbuhan volume transportasi udara sebagai moda yang paling banyak digunakan untuk e-commerce.

Adapun kontribusi transportasi udara terhadap PDB meningkat dari 35,90% pada 2017 menjadi 36,10% pada 2018.

SCI memprediksi kontribusi itu akan meningkat menjadi 38,12% pada 2019 dan 39,25% pada 2020 dengan nilai Rp 316,7 triliun.

Tantangan

Sedangkan terhadap bisnis angkutan barang (trucking), prospek bisnis sektor ini pada tahun depan dinilai masih menjanjikan, kendati rerata tingkat pertumbuhan ekonomi nasional saat ini dikisaran 5%.

Gemilang Tarigan, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia/Indonesia Trucking Association (Aptrindo) menjelaskan, bisnis transportasi khususnya angkutan barang masih menarik di tahun depan, karena sejumlah fasilitas infrastruktur jalan darat di beberapa wilayah seperti trans Jawa (khususnya Jakarta-Cikampek) dan Trans Sumatera diharapkan rampung pada tahun depan.

Kendati begitu, imbuhnya, tantangan bisnis sektor ini cukup banyak, antara lain berkaitan dengan meningkatnya jumlah unit armada truk trailer pada tahun-tahun mendatang jika tidak adanya pengaturan batas usia maksimal terhadap truk yang beroperasi di sektor logistik.

Berdasarkan kajian SCI, sejumlah tantangan juga masih harus dilalui sektor logistik Indonesia pada tahun-tahun mendatang.

Pada 2020, kata Setijadi, tantangannya antara lain menyangkut kebutuhan penanganan barang kebutuhan pokok yang sebagian besar komoditasnya bersifat perishable dan musiman dan rantai distribusi yang panjang.

"Selain itu, tantangan lainnya adalah ketersebaran produksi dan skala ekonominya, serta kontinuitas, kualitas, dan ketertelusuran yang kurang terjamin,"ucapnya.

Tantangan lainnya adalah pemahaman para pelaku terhadap SCM, integrasi para pelaku usaha dan pihak terkait, infrastruktur belum memadai, serta data dan sistem informasi logistik yang belum terintegrasi.

Selain itu, imbuhnya, sektor logistik Indonesia belum mempunyai atau menerapkan standardisasi, baik untuk transportasi dan dan pergudangan. Standardisasi mencakup dalam hal proses, teknologi, dan personil.

Menurutnya, perusahaan yang mempunyai personil bersertifikasi Supply Chain Manager (Kepmenaker No. 94 Tahun 2019), misalnya, masih sangat sedikit, yaitu baru sekitar 100 orang.

Selain diperlukan untuk efisiensi logistik, standardisasi tersebut juga menjadi syarat penerapan digitalisasi dalam proses-proses logistik.

Berkaitan dengan infrastruktur, tantangan yang dihadapi berkaitan dengan upaya peningkatan konektivitas nasional karena tuntutan terhadap infrastruktur tidak hanya mengenai kualitas, melainkan juga mengenai kapasitas dan konektivitas.

Oleh karena itu, aktivitas logistik mengharapkan infrastruktur yang mampu menjadi backbone operasi transportasi yang efisien dengan kualitas yang baik.

"Perlu perencanaan pembangunan infrastruktur secara terintegrasi, baik antar moda transportasi maupun antar wilayah, sehingga lebih menjamin efektivitas pemanfaatannya,"ujar Setijadi.

Sumber berita: