29 Apr 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Kebijakan dagang tak mempan, Hatta bingung - 10 Aug 2013

Hidangan masakan daging sapi mungkin jarang dijumpai dalam perayaan Lebaran kali ini. Harap maklum, makanan kaya protein itu semakin sulit didapatkan karena harganya masih naik berlipat-lipat. Pemerintah seolah tak berdaya. Kebijakan menggelontor pasar dengan sapi impor pun belum mampu menurunkan harga.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pun tak habis pikir dengan kondisi tersebut. Sebab, logikanya, jika pasokan bertambah banyak, harga akan turun. "Makanya, saya juga heran, kok bisa harganya masih tinggi," ujarnya di sela open house di rumah dinasnya, Kamis (8/8).

Menurut Hatta, saat ini harga daging sapi di pasaran masih sekitar Rp 120 ribu per kilogram (kg), jauh di atas target harga pemerintah yang sebesar Rp 80 ribu per kg. "Ini tidak wajar, padahal izin kuota impor sudah diberikan," katanya.
 
Kondisi tersebut akhirnya memantik kecurigaan pemerintah. Hatta mengaku sudah mendapatkan laporan soal dugaan adanya kartel bisnis daging sapi di Indonesia. Karena itu, dia sudah meminta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan penyelidikan mendalam atas dugaan kartel tersebut. "Ini akan dilakukan setelah libur Lebaran," ucapnya.
 
Dugaan kartel daging sapi ini sempat memanaskan hubungan KPPU dengan Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan. Investigator KPPU menyebut bahwa dugaan kartel melibatkan Mendag, Dirjen Perdagangan Luar Negeri, dan Badan Karantina Kementerian Pertanian, serta 19 perusahaan importer sapi. Gita pun langsung bereaksi keras atas tudingan tersebut dengan melayangkan somasi ke KPPU.
 
Namun, Hatta rupanya tidak terpengaruh memanasnya hubungan Mendag dengan KPPU. Menurut dia, yang penting bagi pemerintah saat ini adalah bagaimana menurunkan harga daging sapi.
 
Ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu pun kembali menyinggung Mendag Gita Wirjawan dan Menteri Pertanian (Mentan) Suswono. Yang dinilai kurang koordinasi sehingga terlambat mengantisipasi kekurangan pasokan daging sapi lokal yang memicu kenaikan harga. "Seharusnya, kalau stok kurang, umumkan. Ini saya sudah bicara dengan Mendag dan Mentan," ucapnya.

DIJAGAL DI BANYAK RPH

Di rumah pemotongan hewan (RPH), mayoritas sapi yang dipotong adalah sapi impor. Sementara itu, porsi sapi lokal masih sedikit.

"Kalau kita lihat di RPH-RPH yang ada di seluruh titik di Indonesia sapi lokal yang dipotong tidak lebih dari 20 persen dari total jumlah sapi yang dipotong oleh RPH. Sisanya yaitu 80 persen itu sapi impor," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

Gita menyatakan stok sapi nasional saat ini hanya sekitar 13 hingga 14 juta ekor sapi. Sementara kebutuhan konsumsi daging sapi nasional dalam setahun mencapai 3,5 juta ekor. Oleh karena itu, ia mengatakan pentingnya peningkatan produksi nasional.

"Kita benar-benar harus meningkatkan produksi nasional. Kalau tidak, kita akan terus kesulitan. Dan ya mau nggak mau kita harus impor karena pasok nasional tidak cukup seperti semestinya," kata Gita.

Dia mengatakan konsumsi daging sapi nasional selalu meningkat antara 14 persen hingga 15 persen per tahun. Setelah bulan Agustus, ia menyatakan akan fokus pada akselerasi kuota daging sapi.

"Ke depannya setelah bulan Agustus, kita harus fokus ke akselerasi kuota dari kuartal 4 ke kuartal 3 untuk direalisasikan. Mungkin kita juga harus menyikapi apakah kita harus mendatangkan lagi sapi siap potong untuk menutup kebutuhan yang meningkat terus setiap tahun, yaitu 14 sampai 15 persen," ungkapnya.

DESAK PRIMECUT

Para pengusaha ritel atau hipermarket mengaku sampai saat ini sulit mendapatkan pasokan daging sapi, baik lokal maupun impor. Mereka berencana meminta izin mendapatkan jatah impor daging sapi beku khusus (prime cut) ke Kementerian Perdagangan.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan memang telah mengeluarkan izin pembebasan alokasi kuota impor daging jenis khusus (prime cut) hanya untuk hotel, restoran, dan katering.

"Kami sudah buktikan jika memang mau, kita bisa berbuat lebih jauh untuk mengamankan harga daging. Jadi perlu kerjasama dengan para pemangku kepentingan di bidang tata niaga daging dan segera mengubah aturan yang mendikotomi daging (beku) impor hanya untuk Horeka (hotel, restoran, dan katering), tetapi juga diperuntukan untuk toko modern," ungkap Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Satria Hamid kepada detikFinance, Jumat (9/8/2013).

Selain dapat meredam gejolak harga, cara ini dinilainya dapat menekan laju inflasi yang disebabkan mahalnya harga daging. "Karena di toko modern juga menjadi tolok ukur produk untuk konsumen akhir yang dapat mencerminkan atau bisa saja menekan laju inflasi," imbuhnya.

Sampai hari ini, harga semua jenis daging sapi di tingkat ritel masih cukup tinggi. Harga Daging sapi rata-rata masih bertengger di atas Rp 100.000 bahkan hingga 200.000/kg. Seperti harga daging semur Rp 109.900-Rp 174.900/kg, rendang Rp 114.900-Rp 174.900/kg, shank Rp 109.900-Rp 149.900, inside Rp 129.900-Rp 194.500/kg, topside Rp 129.900-Rp 164.900, dan silverside Rp 129.900-Rp 149.900/kg.

Menurutnya, harus ada upaya konkret dari pemerintah untuk segera menyelesaikan kisruh daging sapi yang sudah terjadi sejak 1 tahun terakhir.

"Ini perlu kerjasama antar lini kementerian dan otoritas terkait. Jangan sampai harga menjadi melambung kembali. Karena kalau dari sisi toko modern kami sudah melebihkan stok rata rata 30% yaitu sampai 350 ton atau setara dengan 2.500 ekor sapi per rata rata perusahaan atau secara nasional angkanya sangat fantastis menyentuh di 8.400 ton atau setara dengan 17.500 ekor sapi dalam masa ramadan dan lebaran dalam satu bulan ini saja dimana ini hampir sulit tersedia secara kontinyu dari sapi lokal dalam negeri," jelas Satria. (jpnn.com/kompas.com/detik,com)