Standar pelayanan pelabuhan RI rendah - 25 Jun 2012 KONDISI infrastruktur pelabuhan di Indonesia masih jauh dari memadai dari segi alur, kedalaman, alat-alat, dan akses keluar masuknya barang. Dengan kondisi yang menyedihkan, pelabuhan-pelabuhan itu sudah tidak mampu lagi menampung dan memfasilitasi proses bongkar muat. Jika ini dibiarkan, yang menjadi korban ialah aktivitas ekspor dan impor. Ketua Asosiasi Perusahaan Pelayaran (Insa) Carmelita Hartoto menegaskan hal itu saat dihubungi, kemarin. "Pelabuhan di Indonesia saat ini sudah tidak memadai. Alur dan kedalamannya tidak pernah ada perluasan. Peralatan yang digunakan juga alat-alat tua yang butuh pembaruan. Padahal, fasilitas-fasilitas dasar itulah yang harus ada agar akses masuk dan keluar kapal baik," katanya. Carmelita menyampaikan salah satu faktor ketertinggalannya kondisi pelabuhan saat ini ialah karena kurangnya perhitungan dan pertimbangan pemerintah ketika hendak membangun pelabuhan. "Saat membangun pelabuhan, pemerintah tidak memikirkan sejak jauh-jauh hari. Membangun pelabuhan hanya dengan berpikir keuntungannya. Padahal tidak bisa begitu. Membangun pelabuhan itu yang penting ialah mempertimbangkan jumlah kapal yang akan masuk dan keluar serta efisiensi waktu bongkar muatnya," ujarnya. Carmelita menambahkan banyak pelabuhan di Indonesia yang sudah over capacity. "Di beberapa pelabuhan, khususnya di kota-kota besar Indonesia, alur distribusi bongkar muat sudah tidak berjalan baik. Banyak kapal yang harus menunggu di luar kargo bongkar muat hingga memakan waktu 10 sampai 20 hari. Kondisi ini sangat memprihatinkan." Senada dengan Carmelita, Wakil Ketua Umum bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Natsir Mansyur menyatakan saat ini kondisi pelabuhan Indonesia memang sudah tertinggal jauh. "Jadi perlu fokus untuk memperbaiki pelabuhan-pelabuhan besar terlebih dahulu, seperti Pelabuhan Kalibaru, Pelabuhan Tanjung Priok, dan Pelabuhan Belawan," kata Natsir. Pantura Kondisi pelabuhan di pantai utara (pantura) Jawa Tengah dilaporkan juga jauh dari representatif untuk memenuhi kebutuhan layaknya pelabuhan. Bukan hanya pelabuhan-pelabuhan kecil, Pelabuhan Internasional Tanjung Emas, Semarang, pun perlu dibenahi secara serius. Karena itu, Gubernur Jateng Bibit Waluyo mengatakan pihaknya sangat berharap Pelabuhan Tanjung Emas terus dibenahi sehingga layak dan mampu memenuhi kebutuhan pelabuhan internasional dan berpengaruh positif terhadap perekonomian Jateng. Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Leon Muhamad mengakui standar pelayanan pelabuhan Indonesia masih jauh di bawah Singapura. "Di Singapura, pelabuhan menggunakan alat angkut sehingga cepat waktu bongkar muatnya," kata Leon ketika dihubungi, kemarin. Leon mengungkapkan masa tunggu bongkar muat di pelabuhan Singapura maksimal hanya 2 jam. Sementara di Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur, hal itu dapat membutuhkan waktu berhari-hari. Namun, tambah Leon, pemerintah tidak berdiam diri dan selalu melakukan pembenahan. Pelabuhan Belawan, misalnya, telah memesan alat angkut yang telah tiba beberapa pekan lalu. Hal yang sama juga dilakukan Pelabuhan Makassar. (Media Indonesia) |