Indonesia Masih Tergantung Pada Impor Panga - 23 Jan 2014
Pemerintah menyatakan tekanan impor pangan akan meningkat pada 2014. Sebab, produksi pangan secara global mengindikasikan kondisi yang membaik dan lebih kompetitif. Membaiknya kondisi global terlihat dari meningkatnya PDB dunia dari 2,1% menjadi 2,8%. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia, antara lain Amerika Serikat, Uni Eropa, China dan India. Selain itu, cadangan pangan dunia diprediksi naik berkisar 1,4% untuk gandum, dan 10,1% untuk beras. Kenaikan cadangan pangan ini menjadi situasi dunia menjadi lebih aman.
Kalau produksi global membaik, kemungkinan harga pangan akan turun. Artinya, menjadi peluang orang untuk mendatangkan produk pangan secara massif. Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, Kamis (16/1) mengakui, penahanan laju impor bahan pokok masih menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah tahun ini. Apalagi, hal itu bersamaan dengan akselerasi pertumbuhan permintaan dalam negeri yang kini tidak lagi terpusat pada kota besar.
Bayu menjelaskan, beban tugas yang paling utama untuk kinerja perniagaan 2014 tertumpu pada pengendalian inflasi. Hal itu disebabkan karena kekuatan konsumen domestik masih menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi. “Kami memperhitungkan konsumsi dalam negeri akan bertumbuh antara 7%-19% dengan range yang lebar, mulai dari produk makanan, elektronik, perumahan, komestik, garmen, alas kaki, dan sebagainya,” kata Bayu.
Akibat sulitnya tantangan pengendalian inflasi tersebut, Bayu mengungkapkan berbagai kebutuhan pokok terpaksa akan terus diimpor tahun ini karena respons suplai belum mampu mengejar pertumbuhan permintaan di Tanah Air. Tekanan impor pangan menjadi ancaman serius terhadap produksi pertanian dalam negeri. Untuk itu, tahun ini pemerintah akan mengupayakan pemacuan produksi untuk mengejar angka permintaan. Wamendag mengaku terpaksa menempuh kebijakan impor untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok di pasar. Hal itu menanggapi kritik terhadap Kemendag yang dinilai lebih condong memilih impor bahan pangan pokok, sehingga pasar dibanjiri komoditas impor.
Dia menegaskan, impor dilakukan hanya untuk tujuan stabilitas harga. Sebagai contoh, harga bawang putih akan menjadi tidak terkendali apabila pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan impor. Konsumsi nasional untuk bawang putih pada 2013 adalah 400.000 ton, padahal produksi nasional hanya 20.000 ton. Kemendag, Kata Bayu, tugasnya adalah untuk meningkatkan produkstivitas pertanian karena masih banyak produk pertanian yang kurang. Menurut dia, apabila pemerintah tidak mengambil kebijakan impor, harga bawang putih bisa mencapai Rp50.000/kg, sementara laju inflasi sudah menembus 8,3%.
Sumber Tulisan : Business News, Senin 20 January 2014
Foto : http://img.antaranews.com
|