4 Mei 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Pertanian & Industri Tertekan - 06 Feb 2014

JAKARTA – Capaian pertumbuhan ekonomi 2013 kian menunjukkan penurunan dua sektor produktif yang paling menyerap tenaga kerja, yakni sektor pertanian dan industri pengolahan.

Badan Pusat Stastik (BPS) di Jakarta, Rabu (5/2), mencatat kontribusi kedua sektor tersebut terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2013 masing-masing hanya 14,4% dan 23,7%, turun dari capaian tahun sebelumnya 14,5% dan 24,0%.

Jika ditarik 2014, maka akan terlihat stagnasi yang cenderung menurun di sektor pertanian, dan gejala deindustrialisasi yang serius di industri pengolahan. Pada 2004 kontribusi PDB pertanian 14,6%, sementara industri pengolahan 28,1%. (lihat ilustrasi)

Sejalan dengan gejala stagnasi dan deindustrialisasi itu, secara umum ketimpangan pendapatan penduduk juga makin menganga. Pada 2004, sebanyak 40% penduduk berpendapatan paling rendah bisa menikmati 20,80% dari total PDB. Kini, 40% kelompok penduduk itu hanya menikmati 16,87% dari “kue’ PDB.

Sebaliknya, 20% penduduk berpendapatan tertinggi yang pada 2004 menikmati 42,07% kue PDB itu, kini menikmati 49,04%. Mengonfirmasi ketimpangan ini, indeks gini yang pada 2004 hanya 0,32% kini sudah 0,413%, atau sudah naik peringkat dari tingkat ketimpangan rendah menjadi tingkat ketimpangan tinggi.




Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Kamis 6 February 2014