Federasi logistik Dibentuk Tahun Ini - 06 Feb 2014
JAKARTA – Biaya logistik di Indonesia yang mahal dan tidak kompetitif dibandingkan dengan negara lain mulai disikapi serius oleh pemerintah dengan membentuk federasi logistik pada tahun ini.
Pembentukan federasi logistik yang mengabungkan unsure asosiasi maupun penyedia jasa di bidang tersebut, sekarang masih dalam tahap inisiasi awal oleh Tim Kerja Pengembangan Sistem Logistik Nasional, yang diharapkan kelak akan menjadi mitra pemerintah dalam menyukseskan implementasi cetak biru Sistem Logistik Nasional (Sislognas).
Berdasarkan data Kemenhub, saat ini ongkos logistik di Indonesia berkisar 24% dari nilai barang atau jauh lebih mahal ketimbang Malaysia yang hanya 15%. Biaya logistik di dalam negeri semakin tidak kompetitif apabila dibandingkan dengan negara maju seperti AS dan Jepang yang cumin 10% dari nilai barang.
Ongkos logistik sebesar 24% tersebut setara nilai dengan Rp1.820 triliun, yang mencakup biaya penyimpanan Rp546 triliun, biaya transportasi Rp1.092 triliun, dan biaya administrasi Rp182 triliun.
Kondisi ini semakin diperparah dengan kualitas pelayanan logistik yang buruk, seperti waktu jeda barang-barang impor di pelabuhan yang bisa mencapai 5,5 hari. Bandingkan dengan AS yang memiliki jeda waktu sekitar 1,2 hari, Belanda (Pelabuhan Rotterdam) 1,1 hari, dan Singapura kurang dari 1 hari.
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan kewirausahaan Kemenko Perekonomian Edy Putra Irawady menjelaskan instansinya memfokuskan implementasi Sislognas 2014 pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penyedia jasa logistik. “Salah satu yang dilakukan yakni dengan rencana pembentukan federasi logistik,” ujar Edy kepada Bisnis, Rabu (5/2).
Menurut dia, federasi ini diharapkan nantinya turut berperan besar dalam upaya menekan biaya logistik nasional sehingga terjadi peningkatan daya saing secara signifikan untuk menghadapi era perdagangan bebas regional maupun global.
Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Kamis 6 February 2014 |