30 Apr 2024
Home
×
Login Area
Tentang LKK
Struktur Organisasi
Keanggotaan
Program & Layanan
Agenda Kegiatan
HS CODE & Tarif Pabean
Peta Logistik
Tips
Peraturan Pemerintah
×
User ID/Email

Password

Register    Forgot Password
×
Operator/Agency/vessel name/voyage
Jadwal Kapal
Port Asal :
Port Tujuan :
 
×

PENDAFTARAN
No KADIN
Perusahaan*
Alamat *
 
*
Kode Pos
Telepon *
HP/Seluler
Fax
Email
Website
Pimpinan
Jabatan
Personal Kontak
Bidang Usaha
Produk/Jasa *
Merek
ISIAN DATA KEANGGOTAAN ONLINE**)
Email
Nama lengkap
Password
Retype Password
Code ==> Verify

*) Wajib diisi
**) Diisi jika menghendaki keanggotaan Online.

×

Reset Password!

*)


*) Alamat email sesuai dengan yang tercantum di profil Account.
×

 
LKK KADIN DKI JAKARTA
FREE CONSULTATION, REGISTER NOW !
Supported by
KADIN DKI JAKARTA
 

Impor Bahan Baku Mamin Kian Membengkak - 06 Dec 2013

Beban industri makanan dan minuman (mamin) makin berat, menyusul kenaikkan harga berbagai komponen bahan baku serta kenaikkan upah buruh dan energi. Kalangan industri makanan dan minuman memprediksi impor bahan baku makanan dan minuman bakal kian membengkak seiring pertumbuhan permintaan pasar domestik terhadap produk makanan serta minuman.

Adhi S Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Imdonesia (Gapmmi), di jakarta (Rabu, 4/12). Mengatakan kenaikkan nilai impor bahan baku makanan ini memang terpaksa ditempuh oleh para pebisnis. Pasalnya, beberapa jenis bahan baku makanan masih belum bisa dipasok dari pasar domestik. Menurut dia, ketergantungan industri makanan terhadap bahan baku impor makin tinggi karena pasokan lokal nyaris stagnan. “Kami kira impor bahan baku mamin makin bengkak karena pertumbuhan industri ini yang cukup besar dan di dalam negeri belum tersedia,” kata Adhi.

Adhi menuturkan industri mamin olahan nasional mengimpor bahan baku sekitar USD3 miliar per tahun. Bahan baku yang diimpor antara lain gula rafinas, terigu, jus, dan jagung. Dia mengatakan ketergantungan tinggi terhadap bahan baku impor membuat industri mamin sangat rentan dengan depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Begitu rupiah melemah, ongkos impor membengkak, sehingga harga jual harus dinaikkan. Jika harga tidak naik, margin salah satu industri strategis ini bakal tergerus.




Sumber Tulisan : Business News, Jumat 6 Desember 2013

 

Foto : http://bimg.antaranews.com