Prioritas Menjaga Momentum Pertumbuhan - 15 Jan 2014
Menteri Keuangan, Chatib Basri menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun 2013 hanya bergerak ke level 5,7%. Penyebabnya karena ada masalah internal dalam negeri dan eksternal atau efek ekonomi global. Menkeu menilai jika asumsi pertumbuhan ekonomi di kuartal ke empat 2013 bisa sesuai target ke level 5,8%, maka seharusnya kesempatan untuk menapaki pertumbuhan yang lebih besar bisa saja terwujud. Sayangnya di kuartal keempat 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami keterlambatan oleh berbagai faktor.
Faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi tapering off yang dilakukan AS telah menjadi sentiment negatif terhadap pasar ekonomi di dalam negeri. Juga persoalan current ecount defisit yang membelenggu Indonesia masih menghantui ekonomi Indonesia selama 2013 silam.
Selain itu, masih terjalnya Indonesia menapaki pertumbuhan ekonomi lantaran pegerakan inflasi yang mencapai 8,38%. Inflasi yang besar ini masih didorong dari efek penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sehingga mempengaruhi sektor industri manufaktur, khususnya makanan dan minuman (mamin). Sebab komoditas bahan baku mamin di perolah melalui impor.
Sebenarnya, jika dibandingkan dengan sesame negara Asia di luar China, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang 5,7% tahun lalu cukup membanggakan. Masih kuatnya permintaan domestik tetap menjadi tumpuan utama pertumbuhan ekonomi. Kegiatan investasi juga masih cukup kuat menopang pertumbuhan ekonomi.
Hanya saja, potensi pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat tahun lalu terhambat oleh langkah Bank Indonesia (BI) yang secara agresif cenderung melakukan pengetatan melalui berbagai kebijakan moneter dan bauran kebijakan. Memang ada maksud tertentu dengan pengetatan kebijakan moneter tersebut, yaitu untuk mengerem laju inflasi dan memperbaiki defisit transaksi berjalan (DTB) agar tidak makin melebar.
Sumber Tulisan : Business News, Jumat 10 January 2014 |