Surplus Dagang Menyusut - 04 Mar 2014
JAKARTA – Neraca perdagangan Januari 2014 diperkirakan tetap surplus, tetapi menciut dibandingkan dengan bulan sebelumnya US$1,52 miliar, terutama akibat tekanan pada ekspor komoditas.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penyusunan kembali kontrak pengapalan komoditas, seperti produk sawit dan batubara, pada awal tahun membuat kegiatan ekspor tak sepesat bulan-bulan sebelumnya.
Batu bara dan produk sawit selama ini berperan signifikan terhadap ekspor nonmigas. Kelompok bahan bakar mineral serta lemak dan minyak hewan/nabati tahun lalu berkontribusi masing-masing hampir 17% dan 13%, dengan batubara dan produk sawit mendominasi di dalamnya.
Pada saat yang sama, larangan ekspor mineral mentah mulai 12 Januari, mengacu pada UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, juga turut mengoreksi ekspor bijih besi.
Dua faktor itu menjadi penekan ekspor nonmigas meskipun kenaikan pengapalan produk manufaktur, seperti tekstil dan produk tekstil, elektronik, dan mesin, berlanjut karena peningkatan permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi Amerika Serikat.
“Jangan kaget kalau Senin (3/3) nanti ada rilis dari neraca dagang yang memang tidak sebaik Desember kemarin. Angkanya berapa, kita tunggu Senin,” katanya, Jumat (28/2).
Di sisi lain, defisit migas tak terhindarkan karena impor dalam jumlah besar pada Januari untuk keperluan stok. Perry menyebutkan defisit migas akan lebih lebar dari Desember 2013 yang sekitar US$820 juta.
Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Senin 3 Maret 2014 |