Laju Terburuk Dalam 5 Tahun - 04 Mar 2014
JAKARTA – Neraca perdagangan Januari 2014 menorehkan defisit US$430,6 juta akibat tekanan kinerja ekspor yang terkoreksi 5,79% (year-on-year), membalikan tren surplus pada kuartal IV/2013 sekaligus menjadikannya sebagai laju pertumbuhan terburuk dalam 5 tahun terakhir.
Badan Pusat Statistik, Senin (3/3), mencatat ekspor Januari hanya US$14,48 miliar, turun dari capaian periode sama tahun lalu US$15,38 miliar. Di sisi lain, penurunan impor lebih pelan ketimbang ekspor dengan koreksi 3,46% menjadi US$14,92 miliar.
Capaian ekspor yang buruk terutama dipengaruhi oleh ekspor nonmigas yang melorot 5,76% (y-o-y) menjadi US$11,69 milia, kinerja yang juga terburuk sejak 2010. Kontraksi ekspor ini menekan kinerja neraca perdagangan yang selama ini dibayangi oleh defisit migas.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Adi Lumaksono menyebutkan penurunan performa ini antara lain dipicu larangan ekspor mineral mentah per 12 Januari, hingga ekspor bijih, kerak, abu logam turun 34,87% (y-o-y) jadi US$291,8 juta. “Praktis sudah tidak ada lagi ekspor mineral mentah per 12 Januari,” ujarnya.
Pada saat bersamaan, ekspor bahan bakar mineral juga anjlok 16,74% (y-o-y) menjadi US$1,76 miliar akibat penurunan volume dan harga.
Volume ekspor bahan bakar mineral susut 9,35% menjadi 32,04 juta ton di tengah perlemahan harga batu bara menjadi US$81,6 per ton versus US$92,77 per ton pada Januari 2014.
Faktor yang hampir sama melatarbelakangi ekspor lemak dan minyak hewan/nabati yang turun 25,99% menjadi US$1,44 miliar.
Adapun volume ekspor lemak dan minyak hewan/nabati anjlok 33,59% menjadi 1,75 juta ton meskipun harga CPO naik dari US$841 menjadi US$865 per ton Januari 2014.
Sumber Tulisan : Bisnis Indonesia, Selasa 4 Maret 2014 |